Tatty Elmir, Direktur Eksekutif Djakarta Public Society pada tulisan kekecewaannya di blog pribadinya, mempersoalkan tepuk tangan audience yang saat itu hadir, padahal hal itu merupakan sesuatu yang harus ditangisi. Pernyataan itu pun tercermin dari judul tulisannya, Mengapa Kami Harus Bertepuk Tangan Untuk Berita Yang Kami Tangisi?
Menanggapi hal itu, Andy F Noya selaku host KICK ANDY, mengakui bahwa tepuk tangan itu 'diwajibkan' untuk para audience yang diatur secara teknik oleh seorang petugas. Setiap tepuk tangan pun ada makna, yang membutuhkan saat yang tepat.
Namun sepanjang acara tidak pernah ada pihak yang berkeberatan untuk bertepuk tangan, termasuk yang bersangkutan saat itu, sebelum diusir tentunya.
"Jujur saya baru tahu soal tepuk tangan ini menjadi persoalan dari tulisan yang bersangkutan di blognya. Pada saat di studio, masalah ini sama sekali tidak diucapkan sebagai alasan keberatan," ungkap Andy F Noya melalui tulisan klarifikasinya.
"Jika saja yang bersangkutan tidak emosional dan mengikuti rekaman dengan kepala dingin dan berpikiran positif, maka dia dapat memahami tujuan tepuk tangan," sambungnya.
Selama ini tepuk tangan di KICK ANDY biasanya diberikan ketika nara sumber memberikan pernyataan yang perlu mendapat penghargaan atau dukungan. Termasuk dalam beberapa pernyataan nara sumber yang disampaikan malam itu.
"Dalam konteks rekaman malam itu, di ujung segmen remaja putri yang jadi narsum mengatakan dia menyesali apa yang sudah terjadi pada dirinya dan dia berjanji untuk meneruskan sekolahnya guna menggapai cita-citanya. Begitu pula halnya remaja putra yang jadi narsum, ketika ditanya oleh Ibu Elly apakah dia menyesali perbuatannya, maka dia menyatakan menyesal. Di situlah peran tepuk tangan diletakkan pada konteksnya," jelas Andy.
Jadi lanjut Andy pernyataan penonton tersebut (Andy selalu menggunakan kata ini sebagai pengganti Tatty Elmir) mengatakan 'mengapa dia harus bertepuk tangan untuk berita yang kami tangisi', mungkin perlu diletakkan secara proporsional.